Kukuhkan Dewan Kebudayaan dan Dewan Warisan Budaya DIY, Sri Sultan: Kedua Lembaga Ini Harus Jadi Inisiator
Informasikunet tersaji untuk anda
Kukuhkan Dewan Kebudayaan dan Dewan Warisan Budaya DIY, Sri Sultan: Kedua Lembaga Ini Harus Jadi Inisiator
YOGYAKARTA (DIY), informasikunet - Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X mengukuhkan Dewan Kebudayaan DIY Masa Bakti 2023-2025 dan Dewan Warisan Budaya DIY Masa Bakti 2023-2026.
Sri Sultan menegaskan kedua lembaga ini harus menjadi inisiator rekontekstualisasi seni dan budaya tradisional. Hal ini dapat diawali dengan perubahan mindset, dengan memandang budaya bukanlah sebagai "kata benda" semata, tetapi lebih pada "kata kerja".
"Karena itu, hakikat sifatnya adalah penuh dinamika, dan bergerak progresif untuk maju,” ungkap Sri Sultan pada Senin (31/07/2023) di Bangsal Kepatihan, Yogyakarta.
Sri Sultan pun menegaskan, baik Dewan Kebudayaan DIY maupun Dewan Warisan Budaya DIY harus mampu mengikuti perubahan secara global. Berbagai kemajuan zaman dan perkembangan teknologi tentu berimplikasi pada berbagai dimensi perubahan.
"Hingga pada akhirnya menghadirkan tantangan dan peluang bagi nilai-nilai kebudayaan dan peradaban,"ujar Sri Sultan
Jelas, berbagai perubahan itu, lanjutnya menuntut nilai-nilai budaya yang tangguh, adaptif dan visioner, agar tidak terjadi cultural shock di level masyarakat.
"Bertolak dari hal tersebut, budaya perlu dire-aktualisasi untuk menghadapi kompleksitas dan dinamika perubahan, serta diperkaya dan diperluas dimensi esensinya, untuk menghadapi tantangan global yang semakin kompleks,” papar Sri Sultan.
Menurut Sri Sultan, apabila ada keengganan menempuh perubahan, yang terjadi adalah ketertinggalan, dan akibatnya akan menenggelamkan sebuah peradaban.
"Untuk itu, Dewan Kebudayaan DIY dan Dewan Warisan Budaya DIY harus mampu menjadi prime mover perubahan, selaras dengan semangat re-aktualisasi budaya, demi sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat,"harapnya
Sri Sultan menjelaskan Re-aktualisasi dan re-kontekstualisasi, akan melahirkan dan memutakhirkan kejelasan makna, dan pada akhirnya memberikan dampak nyata. Jelas, kesemuanya memerlukan upaya transformasi dari sekedar mitos menjadi etos, dari sekedar slogan menjadi strategi, dan dari ranah ideal ke aktual.
"Tanpa harus meninggalkan esensi kearifan lokal, bisa mencapai tataran peradaban bangsa yang mengakar kuat, menjulang tinggi,” pungkas Sri Sultan. (Aji)
Komentar